empat jenis kecerdesan

Empat jenis kecerdasan yang kita butuhkan untuk sukses dalam hidup
IQ EQ PQ SQ

1)  IQ (Intelligence Quotient, cerdas inteligensi)

Manusia yang tinggi IQ nya mampu menganalisa berbagai hal untuk membantunya memecahkan masalah dan menemukan solusi. Makin cerdas ia, makin mampu ia menyederhanakan sesuatu hal yang kompleks agar dapat difahami oleh seorang awam sekalipun. “Di dalam hal-hal yang rumit, ada hal-hal yang simpel,” kata Einstein, dan orang-orang yang cerdas mampu melihat dan menjelaskannya.

Seorang yang cerdas juga mampu mengakses otak kanan seperti ia mengakses otak kirinya sehingga ia mampu berimajinasi. “Imajinasi lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Logika akan membawa Anda dari A ke B. Sedangkan imajinasi akan membawa Anda hingga kemanapun,” jelas Einstein.

 2) EQ (Emotional Quotient, cerdas emosi)

Manusia yang tinggi EQ nya mampu menata emosinya dalam segala kondisi, baik saat orang memuji setinggi langit maupun saat orang menghinanya serendah tanah. Ia tak akan terperdaya pujian atau hinaan. Dengan emosi yang tertata baik ia akan mampu menjaga pikiran, perasaan, tindakan dan perkataan yang positif dan produktif dalam segala kondisi. EQ terkait erat dengan Adversity Quotient, kemampuan untuk menghadapi kesulitan hidup atau bencana apapun. Semua pemimpin besar dunia memiliki EQ dan AQ yang sangat tinggi. Tanpa EQ dan AQ yang tinggi tak akan sanggup seseorang memberikan arahan dengan konsisten, bimbingan pada berbagai jenis karakter dan dorongan pada semua yang dipimpinnya secara berkelanjutan.

Pada saat emosi dan inteligensi digabungkan, intuisi mulai dibangun.

Intuition is the key to everything, in painting, filmmaking, business – everything. I think you could have an intellectual ability, but if you can sharpen your intuition, which they say is emotion and intellect joining together, then a knowingness occurs.

David Lynch

 3) PQ (Phisical Quotient, cerdas fisik)

Manusia yang memiliki PQ yang tinggi mampu mengenali berbagai energi tubuh dan berkomunikasi dengan segala anggota tubuhnya. Ia mampu mengenali apa yang dikatakan tubuhnya dan membangun energinya. Ia mampu membangun sinergi antara energi jiwa, pikiran dan tubuh (body-mind-soul) sehingga ia mampu mengetahui apa yang harus dimakan, dibaca, dilihat, dilakukan untuk terus meningkatkan energi tubuh, pikiran dan jiwanya (body, mind, soul).

Ia pun dapat membaca bahwa emosi negatif atau perkataan yang kurang baik, dapat melemahkan energi fisiknya sehingga kecerdasan emosinya dapat diasahnya melalui sinyal-sinyal tubuh. 

Kalau orang yang tinggi IQ nya terhubung baik dengan pikiran sadar, orang yang tinggi PQ nya mampu menggali potensi pikiran bawah sadar yang jauh lebih besar dari pada pikiran sadar. Pikiran bawah sadarlah yang mengendalikan 90% hidup kita, dan inilah yang mampu ia akses. Ia pun dapat mengatur kesuksesannya secara lebih berkelanjutan, karena didukung oleh setiap sel dalam tubuhnya yang menyimpan memori ENERGI sejak ia ada dalam kandungan ibunya dan jiwa ditiupkan oleh Sang Pencipta.

 4) SQ (Spiritual Quotient, cerdas spiritual)

Manusia yang memiliki SQ yang tinggi selalu sadar bahwa ada Tuhan dan langit di atas langit yang mengatur segalanya. Ia sadar bahwa manusia, secerdas apapun, tunduk pada kekuasaan Tuhan. Ia mampu menyerahkan segala hal kepada Tuhan dan melibatkan kekuasaanNya yang luar biasa dalam segala hal. Dengan demikian ia tak pernah menanggung beban sendiri. Ia juga mampu membaca intuisi sebagai “pesanNya” yang memandu hidup (di AMN home hal ini disebut alam basyirah, di mana Allah selalu memberikan petunjuk untuk segala hal). Sadar akan kebesaran semesta ciptaanNya, ia rendah hati dan mampu menekan ego, rendah hati, bertanggung jawab atas segala perkataan, pikiran dan perasaannya). Otomatis EQ, PQ dan AQ nya pun tinggi karena kedekatan dengan Sang Pencipta dan alam semesta memudahkannya untuk menata emosi, menghadapi berbagai tantangan hidup dan terhubung secara harmonis dengan tubuhnya, pikirannya dan jiwanya.

Manusia yang bahagia dalam arti kata sesungguhnya selalu memiliki SQ yang tinggi. Ia selalu tenang. Setiap kejadian disyukurinya karena semua di dunia ini adalah karunia dan ujianNya.Nah, dapat dilihat bahwa kecerdasan spiritual adalah tingkat kecerdasan tertinggi. Dengan kecerdasan ini seseorang dapat mengasah berbagai kecerdasan lainnya. Jadi jangan puas dulu kalau baru IQ kita yang tinggi. Marilah kita terus asah semua kecerdasan lainnya. Tingkatkan terus intensitas ibadah dan kedekatan pada Allah swt. Jangan beribadah sekedar mengikuti rutinitas. Jadikan ibadah sebagai sarana mengatasi berbagai masalah, pengambilan keputusan, penyembuhan penyakit dan berbagai hal lainnya.  Bangun koneksitas yang intim dengan Sang Pencipta, alam semesta dan tubuh kita. Berbicaralah terus setiap detik denganNya, baca terus sinyal yang diberikanNya bahkan dari daun yang jatuh sekalipun, dan baca petunjuk yang diberikan tubuh. Jaga rasa, pikiran dan perasaan melalui kedekatan denganNya, dengan alam semesta dan tubuh di atas. Setiap rasa negatif akan menimbulkan sinyal buruk pada tubuh, dan sinyal-sinyal yang tak baik dariNya, sebagai “rambu.” Bangun dan perkuat intuisi. Jangan hanya andalkan rasio dan analisa, karena kemampuan rasio dan analisa sangat kecil dibanding kemampuan Sang Pencipta yang memandu kita melalui intuisi. Selalu ingat bahwa setiap detik kita diciptakan hanya untuk ibadah, dan setiap detik pula kita akan dipanggilNya. Dengan demikian segala cobaan hidup akan dihadapi dengan baik tanpa memelihara emosi negatif. Itulah sebabnya manusia paling cerdas adalah manusia yang selalu mengingat hari akhirnya, karena setiap detik ia akan persiapkan hari akhir itu melalui inteligensinya, emosinya, tubuhnya dan jiwanya (spiritualitas).Semoga kita dapat masuk dalam kelompok Manusia Cerdas ini. 
Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nelung Dina

HYPNOWRITING AND Croc Brain

Seminar Nasional Riset Linguistik dan Pengajaran Bahasa (SENARILIP-5), 1-2 OKT 2021