Pamali Muslim
PAMALI - PANTANGAN MUSLIM
Tiga Hal yang harus Dihindari
Kamis, 23/10/2014 10:00
Siapa saja di pagi hari telah
mengadukan kesulitannya hidupnya kepada sesama mahkluk (manusia) atau orang lain, maka ia telah
mengadukan Tuhannya. Dan siapa merasa sedih dengan kondisi
duniawinya di waktu pagi, maka dia telah membenci Tuhannya. Siapa saja merendahkan diri di hadapan orang kaya karena hartanya sungguh telah lenyap dua
pertiga agamanya.
الحمد لله أحمده وسبحانه
وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا
شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد
وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله
حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang Maha Agung shalawat dan salam terhaturkan kepada Rasulullah manusia paling sempurna di jagat alam. Pada hari kesempatan yang istimewa ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Karena ketaqwaanlah yang akan membawa kita pada keselamatan.
Khutbah kali ini ingin menyampaikan
satu hadits Rasulullah saw yang jika diperhatikan secara seksama memberikan
ajaran kepada seorang muslim agar tidak terjerumus dalam kerugian. Pernyataan Nabi (Hadits) itu seperti di bawah ini:
رُوِىَ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ
الْمَعَاشِ فَكَاَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا
فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخَطًا عَلىَ اللهِ وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِناَهُ فَقَدْ
ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ
Diriwayatkan dari Nabi saw sesungguhnya beliau pernah bersabda: Siapa saja bangun di pagi hari kemudian mengadukan kesulitannya kepada sesama
(mahkluk/manusia), maka seolah-olah ia mengadukan Tuhannya (karena tidak rela dengan
apa yang diterimanya). Siapa merasa sedih dengan kondisi
duniawinya di waktu pagi, maka dia pagi-pagi telah membenci Allah. Dan siapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh
telah lenyap dua pertiga agamanya.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Itulah tiga hal yang seharusnya
dihindarkan oleh setiap muslim. Mengingat ketiga hal tersebut memiliki dampak
buruk kepada hubungan manusia dengan Allah swt.
Pertama, hindarkanlah kebiasaan
mengeluh kepada sesama akan kondisi yang ada. Karena hal itu sama artinya
dengan menggugat taqdir Allah swt yang ditetapkan bagi seorang hamba. Mengeluh
dan meratapi nasib yang diderita sama artinya dengan merasa tidak puas akan
pemberian Allah swt. Ketidak puasan itu adalah manusiawi, tetapi hendaknya
langsung saja diratapkan dalam doa kepada-Nya janganlah diadukan kepada sesama.
Sebagaimana do’a Nabi Musa yang dipanjatkan kepada Allah swt tatkala beliau
melewati lautan berama kaumnya:
اَلَّلهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ
وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا
بِاللهِ اْلعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Ya Allah segala puji bagi-Mu. Kepada
Engkaulah aku mengadu dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan. Tiada
daya dan upaya, serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha
Tinggi lagi Maha Agung.
Kedua, hindarkanlah perasaan sedih dengan
kondisi yang ada dipagi hari. Karena hal itu akan menimbulkan rasa tidak ridha
dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Kedua larangan ini adalah bukti
ketdak sabaran seorang hamba akan nasibnya. Sesungguhnya orang yang sabar tidak
akan menggerutu apalagi mengadukan nasibnya kepada sesama.
Kedua hal di atas pada hakikatnya
menunjukkan betapa seeorang hamba tidak lagi bersabar. Karena sejatinya sabar
adalah Tajarru’ul murarati bighairi ta’bitsin (tahan menelan barang
pahit tanpa cemberut). Oleh karena itu, ketika di pagi hari kita telah
menggerutu akan keadaan nasib kita, berarti kita bukan lagi orang yang sabar.
Apalagi hingga mengadukan nasib kita kepada sesama manusia dengan mengeluhkan
keberadaan dan keadaan yang kita alami.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, barang siapa
merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh telah
lenyap dua pertiga agamanya. Poin ketiga dan terkahir ini dapat dimaknai
sebagai larangan Rasulullah saw akan adanya persaan thama’ dan pengharapan yang
tinggi kepada sesama. Karena pengharapan itu hanya boleh disandarkan kepada
Allah swt saja.
Sedangan pada sisi lain juga
menunjukkan larangan pengagungan terhadap sesama manusia, apalagi pengagungan
itu dilatar belakangi kepemilikan harta, sungguh hal itu pasti akan berimbas
pada penghinaan ilmu dan kemaslahatan. Bukankah ini telah menjadi fenomena di
sekitar kita saat ini? Di mana orang-orang yang memiliki harta dapat menguasai
berbagai jejaring bahkan dapat menentukan arah ilmu pengetahuan. Bukankah
beberapa wacana yang ada di negeri ini merupakan hasil kerja para penyandang
dana? Na’udzubillahi min dzalik.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Jika demikian adanya berbagai larangan,
lantas apakah hal yang diperbolehkan untuk kita dalam menilai lebih sesama
manusia? Islam hanya memberikan tiga dua kepada umatnya agar saling menghargai
dan memuliakan pertama karena ilmunya, karena kebaikannya.
Selebihnya tidak ada. Jadi siapapun yang memuliakan manusia dengan berbagai
alasan sesungguhnya orang itu telah terjerembab kepada lubang kecil yang jika
dibiarkan akan menenggelamkan diri pada lumpur kethamakan.
Akhirul kalam, pada khutbah ini khatib
hanya ingin menyampaikan pesan Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
bahwa:
لاَبُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ
فِى سَائِرِ اَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاء: أَمْرٌ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٌ يَجْتَنِبُهُ
وَقَدْرٌ يَرْضَى بِهِ
Setiap muslim harus berada dalam tiga keadaan yaitu,
melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah dan rela akan qadha dan
qadar (ketetapan) Allah.
Itulah pamali, pantangan dalam Islam.
Itulah pamali, pantangan dalam Islam.
PAMALI - PANTANGAN MUSLIM
Komentar