NELUNG DINA , MITUNG DINA, MATANG PULUH DINA, NYATUS, NYEWU DAN NGUWIS-UWISI Dalam masyarakat Jawa, ada kata bilangan tertentu yang dapat diubah menjadi verba (kata kerja). Kata kerja (verba) yang dibentuk dari kata bilangan ini berhubungan dengan upacara ritual pada masyarakat Jawa. Upcara ritual ini lazimnya dikaitkan dengan kematian seseorang. Kata bilangan tertentu itu adalah telung dina 'tiga hari' , pitung dina 'tujuh hari' , patang puluh dina 'empat puluh hari' , satus dina 'seratus hari' , dan sewu dina 'seribu hari' . Kata bilangan ini kemudian diubah menjadi verba (kata kerja) dengan cara memberikan awalan ng- [m-; ny-] sehingga berubah menjadi n elung dina 'tiga hari' , mitung dina 'tujuh hari' , matang puluh dina 'empat puluh hari' , nyatus dina 'seratus hari' , dan nyewu dina. Verba tersebut bermakna 'melakukan upacara ritual pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-100 setelah kem...
Ayam Remasul , Muludan, dan Rajaban Ketika saya kecil di kampung dulu, saya sering mendengar istilah "ayam remasul" digunakan dalam keseharian. Istilah "remasul" berasal dari kata "rasul" atau "rosul". Yang dimaksud dengan rasul/rosul di sini adalah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Mengapa istilah itu dikaitkan dengan ayam dan rasul Muhammad SAW? Penduduk kampung kami 100% beragama Islam. Masalah ritual keagamaan sangat kental dijalani oleh masyarakat di kampung kami (dan di kampung lain). Acara ritual keagamaan yang menjadi primadona adalah perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan perayaan Isro Mi'raj. Setiap bulan Robi'ul Awwal atau bulan Mulud menurut kalender (dan mulut) orang Jawa, kami pasti merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad yang bertepatan dan Perayaan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isro Mi'raj. Bagi kami, anak-anak yang belum mengerti kesulitan orang tua kami mencari penghidupan, bulan Mulud d...
HYPNOWRITING dan CROC BRAIN (Haryoko R. Wirjosoetomo) Ada hal menarik yang saya temukan dalam Expert Sharing tentang Literasi Digital di kantor Kementerian Kominfo beberapa waktu lalu, di mana saya menjadi salah satu pembicaranya. Seluruh hadirin di ruang pertemuan tersebut adalah sarjana dari berbagai Universitas ternama di Indonesia. Tentu saja mayoritas hadirin adalah Alumni Universitas Gadjah Mada, karena acara tersebut sebenarnya digagas hanya untuk anggota grup Kagama Virtual saja. Jika pada akhirnya mengundang peserta dari luar grup, semata karena Kementerian Kominfo tertarik dengan materi yang akan kami sharingkan dan memutuskan untuk menanggung seluruh biaya pelaksanaannya. Nah, apa yang menarik bagi saya? Ternyata 100-orang lebih di ruangan tersebut, bahkan sesama Pembicara lain juga, tidak menyadari bahwa sebagian terbesar status-status atau meme-meme di media-sosial yang menimbulkan kontroversi memang di-desain secara khusus untuk memicu per...
Komentar