NELUNG DINA , MITUNG DINA, MATANG PULUH DINA, NYATUS, NYEWU DAN NGUWIS-UWISI Dalam masyarakat Jawa, ada kata bilangan tertentu yang dapat diubah menjadi verba (kata kerja). Kata kerja (verba) yang dibentuk dari kata bilangan ini berhubungan dengan upacara ritual pada masyarakat Jawa. Upcara ritual ini lazimnya dikaitkan dengan kematian seseorang. Kata bilangan tertentu itu adalah telung dina 'tiga hari' , pitung dina 'tujuh hari' , patang puluh dina 'empat puluh hari' , satus dina 'seratus hari' , dan sewu dina 'seribu hari' . Kata bilangan ini kemudian diubah menjadi verba (kata kerja) dengan cara memberikan awalan ng- [m-; ny-] sehingga berubah menjadi n elung dina 'tiga hari' , mitung dina 'tujuh hari' , matang puluh dina 'empat puluh hari' , nyatus dina 'seratus hari' , dan nyewu dina. Verba tersebut bermakna 'melakukan upacara ritual pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-100 setelah kem...
Designing Listening Practice by Using “Stickies” by Majid Wajdi App Store" (can be accessed by using our Mac computer or laptop) provides various kinds of application. These applications can be freely downloaded or we can find them for charged ones. It means we can download by buying it or them. One of the applications we are going to discuss and demonstrate is what popularly called “Stickies”. “Stickies” is a Mac computer or laptop application used to make a quick note or some notes. “Stickies” is usually used to make a note, but we are going to discuss and demonstrate is another use of “stickies” for our teaching and learning processes. By using “stickies”, we can design listening practice in teaching and learning processes in the classroom or outside the classroom. The following statements refer to “Stickies” which I would like to discuss. 1) It can be used to make a note. 2) The note or text we are typing will atomically be correcte...
HYPNOWRITING dan CROC BRAIN (Haryoko R. Wirjosoetomo) Ada hal menarik yang saya temukan dalam Expert Sharing tentang Literasi Digital di kantor Kementerian Kominfo beberapa waktu lalu, di mana saya menjadi salah satu pembicaranya. Seluruh hadirin di ruang pertemuan tersebut adalah sarjana dari berbagai Universitas ternama di Indonesia. Tentu saja mayoritas hadirin adalah Alumni Universitas Gadjah Mada, karena acara tersebut sebenarnya digagas hanya untuk anggota grup Kagama Virtual saja. Jika pada akhirnya mengundang peserta dari luar grup, semata karena Kementerian Kominfo tertarik dengan materi yang akan kami sharingkan dan memutuskan untuk menanggung seluruh biaya pelaksanaannya. Nah, apa yang menarik bagi saya? Ternyata 100-orang lebih di ruangan tersebut, bahkan sesama Pembicara lain juga, tidak menyadari bahwa sebagian terbesar status-status atau meme-meme di media-sosial yang menimbulkan kontroversi memang di-desain secara khusus untuk memicu per...
Komentar